tag:blogger.com,1999:blog-77573924079608346682024-02-07T17:40:09.456+07:00anindyanariiAnindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-8559452209047785392021-01-28T21:59:00.001+07:002021-06-27T15:24:21.361+07:00melawan dengan menerima<div style="text-align: justify;">Banyak orang takut untuk berhadapan dengan rasa sakit. Padahal, satu-satunya cara untuk melawan rasa sakit itu adalah dengan merasakannya, menerima kalau rasa sakit itu ada. Meski terkadang, itu berarti harus rela kehilangan tidurmu yang lelap, merenggut rasa nikmat dari sepiring nasi goreng yang tersaji untuk makan malam, serta membawa setumpuk kekecewaan yang memberatkan dalam dada.<span><a name='more'></a></span></div><p style="text-align: justify;">Tidak apa-apa untuk sementara merasa tidak berdaya. Setidaknya, itu lebih baik daripada bergantung dengan rasa senang yang sebentar. Sebab sejauh yang aku tahu, kita tak pernah cukup besar di hadapan rasa sakit. Temui rasa sakit itu. Biarkan ia memeluk ketidakberdayaanmu, mengurainya dalam hujan air mata, melahirkan sungai-sungai penerimaaan yang bermuara pada sebuah kata <i>pulih. </i></p><p style="text-align: justify;">Pada akhirnya, kita akan menerima rasa sakit itu sebagai sesuatu yang tidak lagi menyakitkan. Sesuatu yang mengembalikan lelap dalam tidurmu, sesuatu yang membuat gairah makan malammu kembali, sesuatu yang kelak membawa rasa lega di dalam dada.<i> </i><br /></p><p style="text-align: left;"><i>Yes it hurts,</i></p><p style="text-align: left;"><i>but it will heal. </i><br /></p>Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-45373874193065748042020-09-26T20:20:00.010+07:002021-06-27T15:28:31.854+07:00Saya mengaguminya tanpa karena<p style="text-align: justify;"><i>"</i>Kamu bodoh. Kalau nggak pusing, ya nggak hidup namanya.<i>" </i><br /><i></i></p><p style="text-align: justify;">Dia adalah orang paling realistis yang saya kenal. Dia tidak pernah jadi orang yang berlagak menenangkan saya bahwa hidup akan terus baik-baik saja. Dia yang saya tahu juga punya segudang masalah dalam benak, tapi bisa saya hitung berapa banyak kata-kata keluhan keluar dari mulutnya. Tentu jumlahnya jauh lebih sedikit untuk saya yang mungkin bisa mengeluh setiap hari.<br /></p><p style="text-align: justify;">Saya tidak ingat bagaimana awal kami saling kenal. Ini bukan sebuah cerita cinta pada pandangan pertama. Bukan. Ini hanya sedikit cerita saya tentang seseorang, yang entah berapa lama sudah saya kagumi sampai saat ini. <span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;">Kami banyak bertukar cerita. Dari situ, saya mulai melihat bagaimana caranya memandang dan beropini tentang banyak hal. Seperti yang saya bilang di awal, dia adalah orang paling realistis yang saya kenal. Argumen-argumennya hampir selalu masuk akal. <br /></p><p style="text-align: justify;">Mengenalnya lebih jauh adalah satu kesempatan yang tidak akan pernah saya sesali. Darinya saya belajar bahwa cara termudah menjalani hidup adalah dengan tertawa. Semarah apapun kau dengan keadaan, semenyakitkan apapun realitanya, meski hidup kerap mencurangimu berkali-kali, hal yang paling mudah dilakukan adalah mentertawainya. Amarah, air mata, dan makian hanya akan memberi energi negatif pada dirimu sendiri. </p><p style="text-align: justify;">Begitulah rasa kagum itu tumbuh. Begitu saja. Mengalir. Bertahun-tahun.</p><p style="text-align: justify;">Saya mengaguminya tanpa alasan-alasan yang jelas. Saya mengaguminya tanpa kata karena. Saya pernah bilang padanya,<i> kalau saya bisa hidup lama sama kamu, ya karena kamu adalah kamu. </i>Itu saja<i>.<br /></i></p>Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-57056553400695024842020-07-06T15:29:00.001+07:002021-06-27T15:25:04.785+07:00Pada akhirnya kita<div style="text-align: justify;">
<i>Hai, apa kabar?</i> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maaf saya harus memulai pembicaraan dengan pertanyaan yang sedikit klasik. Tapi beneran deh, kamu apa kabar? Sudah lama ya kita tidak saling bertukar kabar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya rindu kamu. Saya rindu kebiasaan-kebiasaan yang pernah kita lakukan bersama. Saat itu, saya tidak pernah berpikir bahwa apa yang kita lakukan mungkin tidak akan bisa terulang, bahwa suatu hari nanti mungkin kita akan ada di jalannya masing-masing. Dan lihat, hari itu sudah tiba; hari ini.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Terkadang ada saat-saat tertentu dimana saya ingin selamanya hidup di satu momen saja. Tapi saya sadar itu sangat mustahil. Sebab seperti yang pernah dikatakan mas Adjie Santoso, waktu bergerak, kita juga mesti beradaptasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, orang-orang akan datang dan pergi, namun tidak saling menggantikan. Selalu ada tempat bagi siapapun di dalam ingatan. Tanpa bertumpang tindih, tiap orang mengisi satu cerita di halaman yang berbeda. Mungkin cara kerja kehidupan memang seperti itu, ya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kamu pernah menjadi bagian di satu keping kehidupan saya. Begitu juga saya, pernah menjadi satu bagian di hidup kamu maupun orang lain. Entah itu bagian yang penting, atau sekadar pemanis, atau bahkan menjadi bagian yang menyebalkan. Tapi saya harap saya ada di dua bagian yang pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ingin bilang terimakasih untuk kamu, juga untuk orang-orang yang pernah datang, yang sampai saat ini masih bisa saya jangkau maupun yang sudah hilang tanpa kabar. <i>Terimakasih, ya</i>. Saya percaya bahwa kehadiran kamu di kehidupan saya bukan semata-mata keisengan Tuhan. Kalau kamu merasa pernah berbuat salah, tidak apa-apa, kita semua pernah. Lagipula, kalau hal-hal yang bisa disyukuri lebih banyak, kenapa mesti fokus ke hal yang menyebalkan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemanapun hidup akan membawamu pada suatu tujuan, baik-baik ya di sana. Semoga waktu mempertemukan kita lagi. Kalaupun tidak, semoga kamu mengingat kita sebagai dua orang yang pernah saling mengenal baik.</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-32007431364508335152020-05-21T22:51:00.000+07:002020-05-21T22:51:56.834+07:00Pandemi dan cerita yang mengiringi<div style="text-align: justify;">
Dua puluh empat jam dalam sehari tak pernah terasa sepanjang dan semembosankan ini. Jalanan lengang ditinggal kemacetan. Toko-toko sepi kehilangan pendapatan. Berminggu-minggu, berbulan-bulan. Meski di luar langit terlihat cerah, banyak orang memilih tinggal dan merapal doa dalam rumah.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dari linimasa kemudian aku tahu keadaan ini disebut sebagai <i>normal yang baru. </i>Ketidaknormalan yang dinormalisasikan, lebih tepatnya. Ketidaknormalan yang cukup menjadi nestapa. Entah untuk para pekerja, anak sekolah maupun muda-mudi yang gemar merajut rasa. Pertemuan-pertemuan yang sudah direncanakan dari jauh hari kini terpaksa ditunda seiring pandemi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Keterbatasan pada akhirnya menciptakan ruang-ruang temu dalam jaringan. Meski teknologi membuatnya lebih mudah, ia tetap tak mampu menggantikan hangatnya pertemuan di kedai kopi saat satu-satunya gangguan hanyalah suara bising kendaraan di jalanan. Bukan jaringan yang providernya kerap kau maki tiap malam.<br />
<br />
<i>Siapa sangka ya pertemuan akan menjadi sesuatu yang langka dan sulit direalisasi?</i><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelak, kalau semuanya usai dan segala sesuatunya kembali seperti sediakala, berjanjilah untuk menemui orang-orang yang kau sayangi secepatnya. Peluk mereka dengan lekat dan hangat. Sebab, apa yang lebih berharga dari kebersamaan tanpa sekat?</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-53724061678368811442020-04-25T00:58:00.000+07:002020-04-25T22:22:42.357+07:00Menjadi berani<div style="text-align: justify;">
<i>Bisa apa kau tanpa tembakau yang terbakar di tengah kesibukan? Bisa apa aku tanpa kau di setiap ingatan?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siang ini panas, sayang. Matahari sedang semangat-semangatnya memberi warna pada dunia. Saat aku menulis ini, kau masih lelap dalam tidurmu selepas semalaman terjaga. Hal yang awalnya menyebalkan kini membuatku terbiasa.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir-akhir ini aku bersahabat dengan <i>anxiety</i>. Setiap hari, tak peduli itu siang atau malam, siap atau tidak, cemas selalu menyelimuti. Aku jadi rindu pada diriku, yang pada tahun-tahun sebelumnya bisa dengan mudah untuk bersikap tidak peduli.<br />
<br />
Kau tahu, sayang? Patah hati pernah membuatku berjanji untuk tidak berekspektasi lagi, pada apapun, pada siapapun. Sedih dan bahagia yang kurasa adalah tanggung jawabku. Saat itu hidup menjadi penuh dengan hal yang tak pernah ditunggu-tunggu. Sampai akhirnya aku memilikimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Hidupku berangsur membaik saat kau masuk dengan balon warna-warni. Indah sekali. Tapi aku merasa berkhianat pada janji yang kubuat sendiri. Aku mulai berekspektasi lagi. Di saat yang sama, cemasku kian meninggi. Aku tidak ingin lagi bergantung pada sesuatu yang bisa pergi.<br />
<br />
<i>How to fall in love without being addicted? </i>Jangan berekspektasi, katamu di waktu lalu. Tapi bagaimana bisa mencintai tanpa menjadikan seseorang yang kau cinta sebagai satu-satunya bahagia? Sebab bagiku, mencintai berarti melebur, meniadakan jarak, merupa kita.<br />
<br />
Sayang, aku bohong jika aku tak takut lagi untuk mencinta. Saat kita memulai semuanya, aku tahu aku bisa kehilanganmu kapan saja. Aku tahu kita bisa saja menjadi sangat jauh pada akhirnya. Tapi memilikimu adalah satu kesempatan yang tak bisa dihindari. Dan bagiku pilihannya hanya dua, menjadi berani atau tidak sama sekali. Maka aku memilih untuk menjadi berani.<br />
<br />
Bukankah pada hari itu kita sepakat untuk mengambil resiko bersama? Kita berdua tau faktanya. Terlepas dari itu semua, semoga kita bertahan lama. </div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-20213603142668968402020-04-21T19:40:00.001+07:002020-05-21T16:38:19.110+07:00Bias<div style="text-align: justify;">
Kau mulai kehilangan dirimu sendiri pada tiap-tiap malam yang dingin di musim kemarau. Bertemankan sunyi dan kopi pahit kau mencoba berpasrah pada segala rasa sakit. Mengizinkan emosi dan logika berkecamuk dalam diri hingga kau bahkan tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sengal napas dan dada yang berulang kali kau cengkam itu menandakan kau semakin tua dan mungkin nyaris padam. Di usiamu yang kini menginjak dua puluh enam, kau masih bertanya-tanya arti dari hidup yang kau jaga mati-matian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tak ada harapan,</i> pikirmu.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Detik jam dinding mencipta harmoni bersama detak jantung yang semakin tak menentu. Memecah sepi yang pekat. Menjelma teror yang membuatmu takut dari malam ke malam. Teror itu semakin nyata saat kau sadar bahwa waktu terus berjalan sementara yang kau temui hanyalah jalan buntu.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat sudah letih menyalahkan diri sendiri, kau mulai mencari pembenaran, mengkambinghitamkan siapapun atas apa yang telah terjadi. Dimulai dari pemerintah misalnya, yang kian hari kian bermain di atas nyawa yang semestinya dijaga. Atau yang lebih abnormal, menyalahkan satu-satunya sosok yang paling bertanggungjawab atas kelahiranmu di dunia; ibumu sendiri.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi tidak, lihatlah, kau terlalu pengecut bahkan sejak dalam kepala. Kau hanya terdiam memandangi jendela yang memisahkan isi pikiran dan realita, menelan semuanya sendiri bersama kopi pahit yang kau pikir bisa jadi pereda. <i>Sebab hidup atau mati pun tak ada bedanya</i>, pikirmu. Kau selamanya sendiri.</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-46318113021084358882019-03-28T23:41:00.001+07:002019-03-31T22:23:49.141+07:00Di ruang-ruang hening<span style="font-size: large;"><b>Bagian satu</b></span><br />
<br />
Suaramu<br />
pernah melantun<br />
di antara ruang-ruang hening<br />
Saat aku sibuk<br />
dengan redaksional di halaman<br />
yang kau susun<br />
berlembar-lembar<br />
<a name='more'></a><br />
Melenting<br />
<br />
Pada cermin<br />
dan dinding<br />
yang memisahkan nalar<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>Bagian dua</b></span> <br />
<br />
Lain waktu<br />
suara itu hilang,<br />
diganti asap<br />
yang kau embus<br />
dengan geming<br />
<br />
Sementara kita sama-sama tenang<br />
berdua <br />
berhadapan <br />
dalam hening<br />
<br />
kamu dengan sebatang<br />
<br />
aku dengan memandang<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>Bagian tiga</b></span><br />
<br />
Di jalan kota<br />
di atas roda dua<br />
kita menyusur malam,<br />
hingga lapar menuntun<br />
pada warung<br />
di pertigaan<br />
<br />
"Aku malas ngunyah" kataku.<br />
<br />
"Aku juga" timpalmu.<br />
<br />
Denting sendok<br />
dan piring<br />
sampai habis seluruh<br />
<br />
tak juga<br />
menggenapkan kita<br />
yang separuhAnindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-66503072607390149062019-02-13T18:05:00.001+07:002019-03-29T11:05:22.638+07:00Untuk bapak yang hatinya sekuat baja<div style="text-align: justify;">
<i>"Doakan Bapak ya, nak. Semoga Bapak selalu dapat rezeki dan bisa membahagiakanmu"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kereta melaju perlahan meninggalkan stasiun diikuti lambaian tangan dan senyum yang terhias di wajah bapak. Aku membalas lambaiannya di balik jendela kereta yang membawaku pada masa-masa pendewasaan.<br />
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Bapak adalah cinta pertama bagi setiap anak perempuannya, juga sosok <i>superhero</i> bagi setiap anak lelakinya. Sebenar-benarnya bapak bisa menjadi apa saja bagi anak-anaknya. Sebenar-benarnya bapak rela berbuat apa saja demi anak-anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh bapak mungkin sudah tak segagah dulu. Rambutnya memutih. Tenaganya melemah. Namun cinta dan pengorbanan yang ia beri untuk anak-anaknya tidak pernah berkurang sedikitpun. Seperti kasih ibu, kasih bapak pun sepanjang masa.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak, maaf jika selama ini aku terlalu berleha-leha dengan dunia, sementara bapak bersusah payah menukar keringat demi kebahagiaanku, kebahagiaan kami. Maaf jika aku sering tidak tahu diri dengan semua yang telah kau beri. Aku mencintaimu sebagaimana kau mencintaiku tanpa kata-kata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok bapak di kepalaku terlalu sempurna sampai aku lupa kalau bapak juga manusia. Meski kehidupan yang gila ini telah menggilasmu mati-matian, namun semangatmu tak pernah mati. Mulai sekarang bapak boleh mengeluh, bapak boleh menangis, di hadapanku, di hadapan kami. Tidak apa-apa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika aku boleh meminta, maukah Bapak bertahan sedikit lagi? Maaf jika lagi-lagi aku buatmu repot. Aku berjanji ini tak akan lama. Doakan saja. Setidaknya sampai aku sukses dan mampu membalas semua perjuangan, tumbuh jadi seseorang yang bisa kau banggakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #ead1dc;">Aku selalu mencintaimu sebagaimana kau selalu mencintaiku tanpa kata-kata, Pak.</span></div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-33836062139030014872018-12-08T19:09:00.002+07:002019-03-29T11:07:58.847+07:00Titik terendah<div style="text-align: justify;">
<i>Kenapa begitu sulit?</i><br />
<br />
Sementara kau terlelap, apa yang di sekitar terus bergerak. Tidur tak pernah menyelamatkanmu. Apa yang kau takuti tak pernah benar-benar pergi. Mereka menanti kesadaranmu pulih, membawa pertanyaan dan pernyataan yang siap buatmu terisak lirih. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<strike><i>Anjing!</i></strike><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kau memulai hari seakan semua baik-baik saja. Di hadapan mereka, kau adalah kau yang mereka lihat pada hari-hari sebelumnya. Tak ada yang berbeda kecuali lingkar di bawah kelopak mata. Kau tetap tersenyum, berulangkali <i>cengegesan</i> tanpa maksud berpura-pura. Sebab terkadang menyanggah lebih mudah dibanding mengaku kalau kau sedang berada di titik terendah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlalu banyak yang berubah. Terlalu banyak yang berpindah. Saat semua perlahan pergi dan meninggalkan, yang bisa kau lakukan hanya memeluk ingatan masa kecil. Bermain-main dengan kata "seandainya" hingga segala harapan semakin menjerumuskan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di ruangan empat kali tiga yang jadi tempatmu melakukan segala, kau nyalakan rokok dengan tergesa. Asap menari-nari di hadapan wajahmu. Begitu khidmat dan nikmat. Barangkali hanya ini yang mampu membuatmu sedikit tenang sebelum keadaan menjadi semakin garang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Masa ini perlahan-lahan menuntunmu pada ketidakyakinan. Masa yang membuatmu ragu akan harapan dan eksistensi Tuhan. Kau terlanjur hilang arah hingga terlintas dalam benak untuk menjadi arwah. Tapi kemudian kau ingat orang tuamu, kau ingat saudari-saudarimu. Begitu terus hingga berulang-ulang.<br />
<br />
Tak berhenti.<br />
Tak tau kapan mati.</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-21408356273185654042018-09-29T22:16:00.000+07:002018-09-30T20:57:37.870+07:00 Di warung kopi<div style="text-align: justify;">
<i>Bagaimana caramu melupakannya?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sela makan siang, seorang kawan memanfaatkan waktu sembari bercerita. Tak peduli siang itu warung sedang ramai-ramainya. Pokoknya harus bercerita. Dan tentu saja, apa lagi kalau bukan soal percintaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku sudah nggak tau harus gimana lagi. Sakit. Tapi aku juga nggak bisa meninggalkannya" katanya<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru kali ini aku melihat lelaki se-tak berdaya itu. Perasaannya hancur tak bersisa oleh perempuan yang paling dicintainya. Meski orang-orang di sekelilingnya meminta ia untuk mundur dan menyelamatkan dirinya sendiri, ia memilih bertahan. Mempertaruhkan segala yang ia punya untuk satu perempuan yang bermesraan dengan laki-laki lain. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kalian boleh mengatakannya bodoh. Silakan. Karena aku pun berkata demikian awalnya. Namun ketika ia memberikan alasan atas tindakannya itu, aku tak bisa melarangnya. Dan aku pikir, setiap orang mempunyai hak penuh atas keputusan yang akan diambil dalam hidupnya. Ia sadar betul dengan segala resiko yang mungkin akan lebih pahit dari ini. Niat tulusnya dapat terlihat dari matanya yang sedikit sembab. Tekadnya sudah bulat, tak dapat diganggu gugat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasanya senang bisa menjadi orang yang dipercaya untuk mendengar keluh kesah orang lain. Ia pun begitu. Merasa senang karena akhirnya ada orang yang mau mendengar kisahnya yang teksesan cengeng. Sementara di luar langit mulai menjatuhkan airnya satu persatu, obrolan di warung kopi ini mulai terfokus padaku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau sendiri, bagaimana caramu melupakannya?" tanyanya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Caraku melupakan?</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku. Apa yang harus ku jawab? Kenyataannya, aku tak pernah melupakannya. Berniat pun tidak. Meski sudah tak lagi bersama, tak ada satupun hari yang kulewatkan tanpa kehadirannya. Ia selalu hadir dalam bentuk imaji. Aku masih dapat melihatnya tersenyum dalam sebuah lembar fotobox yang terpajang di dinding kamar, menyebut namanya di setiap doa yang terpanjat, atau mendengarkan lagu yang menjadi favoritnya.</div>
<br />
Melupakan, katanya<i>. </i>Lagi pula,<i> kenapa harus?</i>Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-41815843914221224902018-08-27T22:14:00.000+07:002020-04-06T17:59:39.811+07:00Pada tiga dini hari<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Pada tiga dini hari langit-langit kamar menjelma layar yang memutar kilas balik perjalanan. Kau memejamkan mata berharap tak melihatnya namun ingatan demi ingatan justru makin berjejal, satu satu memaksa untuk tetap tinggal.<br />
<br />
Pada tiga dini hari matamu menatap nanar layar ponsel, pada sebuah percakapan lama yang hanya menyisakan tanda 'baca'. Itulah satu-satunya jejak tentangnya yang masih kau punya. Tepat sebelum ketololanmu merasuk dan merusak segalanya.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pada tiga dini hari kau tersadar akan dirimu sendiri. Kau adalah pecundang di balik kalimat <i>"aku senang melihatnya bahagia</i>", yang kemudian lari pada gelas-gelas kopi di malam-malam yang sepi. Sesekali pada segelas bir di bar pinggiran Ibu Kota. Kau tampak tegar walau hati nyaris ambyar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tiga dini hari kau tersadar akan dirimu yang lain. Kau adalah bajingan yang takluk pada sesal, yang terluntang-lantung di antara masa lalu dan masa depan. Hendak beranjak namun tak kunjung bisa melupakan. Berbekal instastory yang ia pajang, kau coba obati rindumu sendiri. Seraya menebak-nebak apa yang sedang ia lakukan. Berlagak jadi yang paling mengetahui, padahal bertanya kabar pun masih tak berani. </div>
<br />
ck ck ck... <br />
<br />
<i>mau sampai kapan?</i>Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-30050888574752804582018-07-10T22:10:00.000+07:002018-12-08T18:30:04.202+07:00Mereka menyebutnya, cinta<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Mendiskusikan cinta mungkin akan menghabiskan sebagian waktu dalam
hidup. Cinta pada dasarnya merupakan kata sakral yang kini banyak
diobral. Ia tak berwujud namun dapat menjelma pada tiap-tiap yang hidup.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzvWCfspqxCRd_WtcemuQgGHYU1lPP2Rgjumg97KF5nSmdRR21rVfriyfD6J14KM-Iq2pUukGDsek5nYnhW1HxLK2Iyjmp4Ut7R-EdkG-z-pdiw3sJqfr5rsfAqsyxUcOIkWymVDAqHpc/s1600/artern_design_wine_1xh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="243" data-original-width="400" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzvWCfspqxCRd_WtcemuQgGHYU1lPP2Rgjumg97KF5nSmdRR21rVfriyfD6J14KM-Iq2pUukGDsek5nYnhW1HxLK2Iyjmp4Ut7R-EdkG-z-pdiw3sJqfr5rsfAqsyxUcOIkWymVDAqHpc/s400/artern_design_wine_1xh.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi by pinterest</td></tr>
</tbody></table>
Tak usah susah payah mencari sebab dapat kau temukan ia di mana-mana. Ia bisa hadir di sebuah rumah dari keluarga yang saling mengasihi, atau tumbuh dalam diri seorang anak yang belum tau arti birahi, pun pada dua orang yang belum saling kenal dan bertemu untuk pertama kali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta terlampau abstrak untuk dipikirkan. Terkadang cinta bisa terlihat sangat suci saat ia tumbuh di tempat yang tepat, terkadang juga bisa penuh muslihat. Cinta yang terlalu akan menimbulkan posesif yang mengganggu. Namun cinta yang kurang juga dapat buat hati meradang.<br />
<br />
Definisi cinta bagi tiap orang mungkin berbeda-beda. Bagi seseorang, sebuah senyum bisa berarti tanda cinta. Bagi seseorang yang lain mungkin tak sesederhana itu, karena meski telah diberi segalanya ia tetap merasa cinta itu bukan untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang guru pernah berkata bahwa makna pada kata-kata tidak melekat pada kata itu sendiri, melainkan ada dalam pikiran kita. Bagaimana persepsi dan pengalaman dalam diri juga turut memengaruhi. Begitupun cinta. Sifat manusia yang menjadikan cinta pada akhirnya berbeda-beda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sifat universal dari cinta pada tiap manusia mungkin terletak pada kelemahannya, yang seringkali menanggalkan logika dan seakan membuat orang tiba-tiba buta. Kelemahan yang lain adalah fakta bahwa cinta tak lepas dari ketidaksopanan dan tak mengenal norma-norma. Sebab cinta selalu datang tanpa basa-basi atau sekadar permisi, tak peduli apakah seseorang itu masih sendiri atau sudah dimiliki. </div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-47017258098735566002018-02-09T19:32:00.002+07:002020-04-22T16:44:29.879+07:00Bukan yang utama<div style="text-align: justify;">
"Mungkin ini sudah waktunya",<br />
suara itu muncul lagi, kali ini semakin keras, menggema memenuhi pikiran. Suara hatiku?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini bukan pertama kalinya aku berdebat dengan diri sendiri. Semenjak terakhir kali kami bertemu malam itu, hubungan kami berantakan. Hari ke hari, bulan demi bulan dilalui tanpa cerita. Selama berbulan-bulan itu pula aku hancur.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiem3XcTW3RGO3kN8DOJ3l6vxpTnQMqM6TnLxvYEHuF8PoR0m4HHCMMhQLzzRSLT0E2mJFLf1ieuaoYvtBFhMihm3oGXn85QrrXo6D3wdUQ7xPM-_FHE-3uu_EDE1tqK0MpZixwnYiDK-0/s1600/IMG_20171213_001129_432-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="807" data-original-width="1215" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiem3XcTW3RGO3kN8DOJ3l6vxpTnQMqM6TnLxvYEHuF8PoR0m4HHCMMhQLzzRSLT0E2mJFLf1ieuaoYvtBFhMihm3oGXn85QrrXo6D3wdUQ7xPM-_FHE-3uu_EDE1tqK0MpZixwnYiDK-0/s400/IMG_20171213_001129_432-1.jpg" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu mendewasakan, katanya. Atau menumbuhkan sikap tidak peduli? Itu yang kucoba lakukan. Menganggap semuanya baik-baik saja padahal tidak. Setiap hari aku sibukan diri dengan berbagai kegiatan atau sekadar <i>hangout</i> bersama teman. Cukup ampuh untuk mengusir sedih meski sementara waktu. Tapi tak seorangpun tahu apa yang datang padaku setiap kali malam mulai senyap. Hatiku bergejolak, pikiranku mengembara, seolah pada malam-malam itu badai datang menyerang, bertubi-tubi.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah badai itu datang tiba-tiba di satu malam yang hampir pagi saat aku sedang mengerjakan tugas kuliah. Semuanya terkendali sampai tiba-tiba perasaan itu muncul dan berhasil menguasai diri, selang sepersekian detik air mata jatuh dan aku menangis sejadi-jadinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Diriku kapal yang kehilangan jangkar, terombang-ambing di lautan lepas</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hatiku benar, mungkin ini memang sudah waktunya. Sudah waktunya untuk mengambil alih kapalku sendiri, sudah waktunya menyudahi sedih yang tak berkesudahan, sudah waktunya bendera putih dikibarkan. Nyatanya, aku tak pernah menang melawan ambisinya. Demi sesuatu yang ia sebut <i>untuk masa depan</i>, aku selalu dikesampingkan. Padahal, di saat-saat ia jatuh, aku selalu menemani, memberinya semangat walau dari jauh. Sampai aku sadar yang ia lakukan hanyalah berjuang untuk masa depannya sendiri, bukan masa depan kami.<br />
<i><br /></i>
<i>Aku menjadikannya prioritas, tapi ia jadikan aku yang kesekian</i><br />
<br />
Yang aku tahu, untuk hal apapun selain aku, akan ia sempatkan. Seperti menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game <strike>tolol</strike> selepas berkegiatan seharian misalnya, sementara tak satupun pesan dariku ia baca. Mungkin baginya pesanku hanyalah angin lalu yang bisa didiamkan menunggu. Aku tersenyum pada bayanganku di cermin. Ternyata untuk merasa sakit hati dan tak dihargai tak perlu menunggu dicaci maki.<br />
<br />
Sesuai janjiku, aku akan bertahan semampuku. Dan pada detik ini aku telah kehilangan pegangan untuk tetap berdiri dan mempertahankan kami. Aku pergi, ya. Semoga berhasil dengan ambisimu itu. Semoga di hidupmu yang nanti tanpa aku, kau tak merasakan bagaimana rasanya tak dihargai oleh orang yang begitu kau sayangi. </div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-73346853858044717972017-12-18T17:45:00.003+07:002020-04-22T16:23:28.847+07:00Jika aku membosankan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Hari-hariku nanti mungkin akan sangat membosankan,</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab setiap harinya nanti aku bisa tiba-tiba tenggelam dalam musik-musik yang mengalun syahdu, yang menurut sebagian orang, termasuk dirimu, hanya membuat ngantuk<br />
<br />
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika aku bisa duduk berjam-jam mendengarkan pertunjukan puisi</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika tiba-tiba mengajakmu berdiskusi tentang politik yang sebernarnya tak begitu
kupahami<br />
<br />
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika dihadapkan dengan selembar kertas kosong lalu kucorat-coret semaunya</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika setiap sore yang kulakukan hanya duduk di beranda terpaku menanti senja<br />
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika dalam hidup aku tidak pernah mau terikat oleh aturan</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika aku bisa tiba-tiba membicarakan apa saja yang kutemui di jalan</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika orang-orang sibuk berbincang dan aku hanya diam mendengarkan</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika perempuan lain sibuk berdandan sementara aku masih mencari kebebasan</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan ketika perempuan seumuranku
berusaha untuk tampil dewasa sementara tingkahku masih
kekanakan</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku akan jadi orang yang sangat membosankan jika setiap perbedaan dalam diri kita kau jadikan pembatas dalam setiap percakapan<br />
<br />
Kelak nanti, aku akan jadi orang yang sangat membosankan, jika kau menganggap aku demikian </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, jika aku sebegitu membosankannya, apa kau akan tetap bertahan?</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-22415915538007593922017-08-25T18:45:00.002+07:002020-09-26T21:14:16.787+07:00Untuk si Pembaca Setia<div style="text-align: justify;">
Menulis bukanlah sesuatu yang sulit. Bukan berarti menjadikannya mudah. Menulis adalah tentang mengutarakan apa yang tak tersampaikan oleh mulut. Menulislah saat kau merasakan apapun atau saat kau tak dapat merasakan apa-apa. Waktu paling pas untuk menulis adalah ketika kau sedang patah hati. Niscaya tulisanmu akan menjadi sebuah peluru yang dapat menembus hati siapapun yang sedang terluka. Setidaknya itulah yang pernah dikatakan temanku dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfirFoWANrVctgn6OMjdSwFpJNvFwgbfeDgUhnTjlbzgF0V3SCdza_X7BypC-FjsOxSWcS-cLLwnsSIsN5p2Wiits6GkmnRPZ1eSoBnLX702_KW7FR8tFLcmfKbd3KwwYMERDxZiEGDuE/s1600/woman-typing-writing-windows.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfirFoWANrVctgn6OMjdSwFpJNvFwgbfeDgUhnTjlbzgF0V3SCdza_X7BypC-FjsOxSWcS-cLLwnsSIsN5p2Wiits6GkmnRPZ1eSoBnLX702_KW7FR8tFLcmfKbd3KwwYMERDxZiEGDuE/s400/woman-typing-writing-windows.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber gambar: google<br />
<a name='more'></a></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi aku sadar, seseorang tak mungkin merasakan patah hati secara
terus-menerus. Pada akhirnya orang yang terluka pun akan menemukan
bahagianya. Karena itulah aku berusaha tetap menulis walau sedang tidak
patah hati.<br />
<br />
Sudah lama ya semenjak masa-masa itu? Saat setiap tulisan yang kubuat selalu kumintai pendapatmu. Kursi-kursi kayu, sudut ruangan itu, linimasa dunia maya, pun <i>link</i> yang bertebaran di jendela <i>chat</i> menjadi hal yang tak terelakkan bahwasanya suatu hubungan yang unik pernah terjalin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Semenjak kau menghilang rasanya tulisan-tulisanku selalu punya celah. Seperti ada bagian yang hilang. Yang turut lenyap seiring percakapan yang kian minim, hingga akhirnya kau benar-benar hilang layaknya abu yang ditiup angin; tak berjejak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah suatu hari kau berkata bahwa tulisanku semakin bagus. Hanya saja sifatku yang kekanakan harus mulai dihilangkan, katamu. Sebagai orang yang kau anggap anak kecil ini, sikapmu pun tak dapat dibilang dewasa. Menghilang tanpa sebab seolah aku takkan peduli. Lalu kemudian membiarkan aku menulis sendiri tanpa perkembangan yang berarti. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya tulisan ini kubuat semata-mata untuk menagih janji yang pernah kau sampaikan melalui ketikan jemarimu selepas magrib. Perihal kau yang akan menjadi pembaca setiaku. Mungkin kau sudah lupa. Atau pura-pura lupa. Semestinya kau tau aku tak pernah bisa menaruh hati pada seseorang yang tak bisa menepati janji.<br />
<br />
Tapi sudahlah, tak ada yang perlu disesalkan. Aku justru ingin berterimakasih untuk waktu yang pernah kau luangkan. Terima kasih karena pernah menjadi teman berbagi yang menyenangkan. Mungkin suatu hari nanti kita bisa duduk berdua sembari mendengarkan musik yang kita suka. Mengulang masa-masa itu. Siapa tahu?</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-2436440273341307462017-08-04T13:55:00.003+07:002020-04-22T16:53:51.194+07:00Pertanyaan<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV0L05WGrRQS1kCCiyCpHS8V-wMV6PgPsIZGHvy6isqcsFCXUtqE6hRhf3gcU4rg9yCKkJty9TO1U-UTZxkTi0r1ibNKbA4LyqB83uxbk99J_wgEBb1u3gR3OgQi4gSqjO9qXTxRJbgBQ/s1600/2017-08-03+10.43.44+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="852" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV0L05WGrRQS1kCCiyCpHS8V-wMV6PgPsIZGHvy6isqcsFCXUtqE6hRhf3gcU4rg9yCKkJty9TO1U-UTZxkTi0r1ibNKbA4LyqB83uxbk99J_wgEBb1u3gR3OgQi4gSqjO9qXTxRJbgBQ/s320/2017-08-03+10.43.44+1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Untuk sehari saja, aku ingin menjadi orang lain<br />
merasuk dalam tubuh yang berbeda<br />
bertingkah seolah semuanya baik-baik saja<br />
<br />
aku ingin masuk ke dalam dunia mereka<br />
ingin tahu apa yang mereka pikirkan<br />
ingin tahu apa yang mereka rasakan<br />
<a name='more'></a><br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-size: small;"><span style="color: #990000;">mungkin akan terasa menyenangkan?</span></span></i></blockquote>
<br />
sebab aku mulai bosan dengan hidupku sendiri<br />
rasanya seperti berjalan di lorong yang tak berujung<br />
sejauh dan selama apa pun aku berjalan, aku tetap disini; tidak kemana-mana<br />
<br />
jika aku adalah dia,<br />
apakah aku akan lebih kuat dari diriku sendiri?<br />
<br />
jika aku adalah mereka,<br />
apakah hidupku akan lebih baik? <br />
<br />
jika aku adalah orang lain,<br />
apakah aku akan bahagia?<br />
<br />
jika aku adalah aku,<br />
<br />
mampukah aku tetap menjadi aku?Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-22976294498568841952017-08-02T20:06:00.002+07:002020-04-22T16:58:39.835+07:00Aku tidak mencintaimu<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3vgVHYjZIKVhCeQpcJTIzRzMnVl5ypHUi4b7jBy-XaPc2njNAmM_ospFQh_ydTp55dLuWdYLb2dlPDXLidv8FYCPM7iN6qldMTdeWFXAVy4YYq-Imd1JxvbAmUP4mKxN9ZSWl9Wa-Q3A/s1600/tumblr_m1uzenMX5f1qe52v7o1_500.gif" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3vgVHYjZIKVhCeQpcJTIzRzMnVl5ypHUi4b7jBy-XaPc2njNAmM_ospFQh_ydTp55dLuWdYLb2dlPDXLidv8FYCPM7iN6qldMTdeWFXAVy4YYq-Imd1JxvbAmUP4mKxN9ZSWl9Wa-Q3A/s320/tumblr_m1uzenMX5f1qe52v7o1_500.gif" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
<span style="background-color: white;"> </span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="background-color: #fff2cc;">Bukankah kita sudah sepakat untuk saling melupakan? </span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak mau lagi melangkah lebih jauh bersamamu. Jalan yang kau tunjukkan itu salah dan tidak seharusnya kau mengajakku kesana. Juga kali ini, kenapa kau dengan lancangnya datang kembali, merusak semua jerih payahku saat aku mulai terbiasa hidup tanpa harus memikirkanmu, saat aku mulai terbiasa hidup dalam kenyataan, saat aku terbiasa hidup tanpa harus ditemani lagi, kenapa? kenapa datang jika hanya untuk merangkai kembali cerita dalam lembaran yang sudah ku bakar habis, menambah kisah manis dengan akhir yang tragis.</div>
<a name='more'></a><br />
<i>Kumohon pergi dan jangan pernah kembali</i><br />
<i>karena aku, </i><br />
<i>tidak mencintaimu.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebuah kebohongan dan mimpi burukku yang begitu nyata. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika fajar menyapa dan tangisku mereda, aku mulai mengutuki mimpi tentangmu yang datang tidak sekali. Padahal sebelum tidur aku selalu berdoa
pada Tuhan agar tidak mimpi buruk. Tapi kenapa kamu bisa masuk ke dalamnya? Apa Tuhan mengkategorikan kamu sebagai sesuatu
yang indah? Mungkin iya bagi-Nya, tapi tidak bagiku. Kamu adalah racun dalam sebatang rokok, membuatku nyaman dan begitu candu, lalu pada akhirnya menggerogoti paru-paruku dengan perlahan, membuat semuanya rusak, bukan hanya raga tapi juga hati dan semua akal pikir. Karena semenjak mengenalmu, aku tak bisa bernafas dengan baik. Kamu selalu membuatnya terasa berat. Dan semenjak mengenalmu pula aku kehilangan rasionalitasku. Kalau begitu jadinya maka aku harus
merevisi doaku, agar Tuhan tidak memberiku mimpi buruk, ditambah semua hal yang berkaitan denganmu dalam setiap tidurku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab aku sudah teramat lelah jika harus bangun setiap pagi dengan nafas yang terengah, seperti habis lari maraton rasanya. Aku ingin hidupku damai, aku ingin hidupku tenang seperti kebanyakan orang yang bangun dari tidurnya, merasakan udara pagi yang menenangkan, memulai hari dengan sebuah senyum tanpa harus dibebani pikiran-pikiran yang tidak perlu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah aku mendengar sebuah kalimat yang isinya kurang lebih seperti ini,<br />
<blockquote class="tr_bq">
"kamu tidak akan memimpikan seseorang jika sebelum tidur kamu tidak memikirkannya atau merindukannnya", </blockquote>
dan seharusnya kalimat itu benar</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><i>Karena malam itu aku tidak memikirkanmu</i>,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><i>Karena malam itu aku tidak merindukanmu</i>,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini kebohongan mulai mendominasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: #fce5cd;"><span style="background-color: white;"> </span></span>Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-22259712583216499002017-05-13T21:21:00.000+07:002020-04-22T17:06:24.467+07:00Pulang.<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj14mVB6WJdtzIUAMBQSImVXY3CztUZSAm9hCfhF9cVlUSJ7P4Uj2NH-e_0iZh_PoZoA-7tUZZEkEneZCV8GGIG7rjzFkX29Ny9KF-b6LFj3rD5c2BK7nqJ2kXCEU1nL6sCwKT0Bfb7FLc/s1600/2017-05-26+05.16.30+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1022" data-original-width="1280" height="254" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj14mVB6WJdtzIUAMBQSImVXY3CztUZSAm9hCfhF9cVlUSJ7P4Uj2NH-e_0iZh_PoZoA-7tUZZEkEneZCV8GGIG7rjzFkX29Ny9KF-b6LFj3rD5c2BK7nqJ2kXCEU1nL6sCwKT0Bfb7FLc/s320/2017-05-26+05.16.30+2.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Akhirnya aku pulang<br />
Senja merona dan burung-burung berlalulalang<br />
Gerbong-gerbong melaju menyusur stasiun demi stasiun<br />
Membelah gelap di antara pepohonan<br />
Tak ada lampu kota<br />
<span style="background-color: #fff2cc;"><br /></span>
<i><span style="background-color: white;">Katamu, kepulanganku selalu ditunggu</span></i><br />
<a name='more'></a><br />
Kereta pernah menjadi tempat ternyaman saat pundakmu menjadi tempatku melepas lelah<br />
Berjam-jam kita duduk tanpa sedikit pun aku merasa bosan<br />
<br />
Akhirnya aku pulang<br />
Jalanan lengang sepanjang malam<br />
Ku buka pintu dan ku temukan Ibu tersenyum<br />
<i><br /></i>
<i>Aku sudah pulang</i><br />
<br />
Matahari dan bulan bergantian dua kali<br />
Sementara kau belum juga ku temukan di sini<br />
Aku mencarimu, tapi tak ku temukan kau di mana-mana<br />
<br />
Katamu, kepulanganku selalu ditunggu<br />
Lalu kenapa kau tak juga datang?Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-80403203738661565832017-02-21T19:05:00.001+07:002018-08-28T06:19:41.825+07:00Aku dan Secangkir Kopi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6FeUL8cFUHshQcsLRR0VT5pVapigBP2uKmz1H7hAm2beZsNnYdY3mmSkL88sLD0jy-6Pp9qw3twOj4WGY5UVAKApfoSKtEMdHVfsR0y65zq4wc86dMcV3u-XuRQWUs7NTAFy2dDG9Das/s1600/12940042_870739123072756_1896587886_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6FeUL8cFUHshQcsLRR0VT5pVapigBP2uKmz1H7hAm2beZsNnYdY3mmSkL88sLD0jy-6Pp9qw3twOj4WGY5UVAKApfoSKtEMdHVfsR0y65zq4wc86dMcV3u-XuRQWUs7NTAFy2dDG9Das/s320/12940042_870739123072756_1896587886_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: tumblr</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: left;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku bak secangkir kopi di waktu senja</div>
<div style="text-align: left;">
Duduk manis dengan piring di atas meja</div>
<div style="text-align: left;">
tengah menanti sebuah sapa, "halo kamu, sedang apa?"</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku bak secangkir kopi yang mulai mendingin <br />
masam dan tak lagi nikmat 'tuk kau cicipi</div>
<div style="text-align: left;">
yang hanya kau datangi ketika ingin menghibur diri<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
Aku bak secangkir kopi yang kau seduh di setiap pagi</div>
<div style="text-align: left;">
Meski tak pernah kau lewati</div>
<div style="text-align: left;">
hadirku hanya kau jadikan pelampiasan dikala sunyi</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku bak secangkir kopi yang kau diamkan</div>
<div style="text-align: left;">
tak kau ajak bicara dan kau acuhkan</div>
<div style="text-align: left;">
hingga akhirnya kau tinggalkan tanpa pesan</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi aku</div>
<div style="text-align: left;">
lebihdari secangkir kopi manapun yang pernah kau rasakan</div>
<div style="text-align: left;">
meski terus-menerus kau racik dengan pengabaian</div>
<div style="text-align: left;">
aku tetap berdiri di ujung penantian </div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-11210727970490912222017-01-31T19:31:00.001+07:002020-04-22T17:02:34.962+07:00Batas.<div style="text-align: justify;">
Ketika dua orang diam-diam saling melempar pandang, maka apakah alasan di balik itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka ingin saling menyapa, tapi tidak bisa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka bersuara, hanya tak terdengar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatap mata itu lebih dari kata-kata. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kata yang mengudara tidak sekadar menembus telinga, tetapi masuk jauh menusuk jiwa. Menyapa raga yang tak tersentuh, merangkul hati yang rapuh.<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka mungkin terlihat dekat, tapi nyatanya begitu jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada batas yang tak terlampaui, batas yang tak mungkin dilewati; masa lalu dan kenyataan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masa lalu menghentikan langkah mereka dan kenyataan menjadikan keduanya budak yang tak bisa memberontak. Mereka tak lagi bisa maju atas dasar rasa saling menghargai meski hati berteriak menginginkan. Bersamaan dengan itu, cerita demi cerita terus terangkai menjelma kisah yang tak bisa dihapus salah satu bagiannya. Hingga akhirnya tanpa kesepakatan, keduanya memilih untuk melupakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Musim terus berganti dan mereka bertemu lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak ada sapa di antara keduanya, apalagi canda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi dua pasang mata itu bertemu lagi, kali ini dalam keramaian. Meluapkan emosi tentang bagaimana selama ini menahan rindu yang tak pantas. Begitu tajam dan penuh keresahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas siapa yang mencari siapa? dan siapa yang dicari siapa?<br />
<br />
Sekian lama, mereka masih sama-sama mencari. Mereka masih sama-sama ingin ditemukan. Tapi sekali lagi, mereka tak bisa mengubah apa yang tlah terjadi atau kembali pada awal cerita saat pena belum menyentuh kertas. </div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Mereka </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">hanya</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">tidak bisa.</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari itu, mereka memilih tetap bungkam hingga waktu yang tak ditentukan.</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-5748525416943065782016-06-29T21:28:00.000+07:002020-04-23T13:50:33.420+07:00Jatuh.<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nIbV7xsCxI25UfiJ9Ib5oeq5UmtH6mZqgIeNxouqXA-Hdfn4C6YdjaRBaQTDXf9aBS_NsDNg0pS_yblG9NVOTlN0G3CLWhWmtV1NT9PKaRHNlfft3Dxx_qcJ1mKPSPTrVD3EjKpKF9w/s1600/b-black-and-white-grunge-photo-Favim.com-4012703.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nIbV7xsCxI25UfiJ9Ib5oeq5UmtH6mZqgIeNxouqXA-Hdfn4C6YdjaRBaQTDXf9aBS_NsDNg0pS_yblG9NVOTlN0G3CLWhWmtV1NT9PKaRHNlfft3Dxx_qcJ1mKPSPTrVD3EjKpKF9w/s320/b-black-and-white-grunge-photo-Favim.com-4012703.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dialog terakhir baru saja diucapkan. Lampu menyala menghidupkan ruangan. Genggaman terlepas. Nafasku menghempas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulut mungkin tak terbuka, tapi jelas kata-kata mengudara. Menyatu dalam hening. Terpancar dari mata yang bening. Penuh cemas. Tak sanggup membiarkan lepas.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tentangnya masih saja membayangi. Kau takut tersaingi, atau mungkin terkhianati? Entahlah. Satu hal yang perlu disadari, kaulah satu-satunya yang dicintai. Satu-satunya yang tak tahu diri masuk ke dalam mimpi setiap malam. Membuat aku rindu hingga nyaris demam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padamu,</div>
<div style="text-align: justify;">
aku telah jatuh,<br />
sejatuh-jatuhnya.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Kau adalah panas. Aku adalah dingin. Bersama, kita saling meredakan.<br />
Kau yang selalu cemas. Aku yang selalu takut. Bersama, kita saling mendoakan.<br />
<br />
Bersamamu, adalah tentang mimpi. adalah tentang janji-janji. adalah tentang harapan. adalah tentang kita yang menanti masa depan.</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-16617539273766817302016-03-17T20:02:00.001+07:002018-08-28T06:23:58.785+07:00Musim gugur.<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Kali ini, biarkan aku berjalan sendiri di tempat yang terasa begitu asing, di antara daun yang berserakan, di antara ranting pohon yang patah, di antara angin yang merindukan kicau burung, musim gugur bulan Maret.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI852XTFF_nCJmhK7mvQh9DEsrmr4uK8oxOwxttQzE3E6bFvfMjMi8R5b2eQ7iliYMXvBRhs6ZdrK3-CGXxrAYnaZwzCYwuwoCKSFy3kCtdIurgKtExXCe7ia914Re9tH0wLLBy6PK7sM/s1600/weknowyourdreams-57b5888eb17e612f115b3a37.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI852XTFF_nCJmhK7mvQh9DEsrmr4uK8oxOwxttQzE3E6bFvfMjMi8R5b2eQ7iliYMXvBRhs6ZdrK3-CGXxrAYnaZwzCYwuwoCKSFy3kCtdIurgKtExXCe7ia914Re9tH0wLLBy6PK7sM/s400/weknowyourdreams-57b5888eb17e612f115b3a37.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ini bukan perihal disakiti dan menyakiti atau perihal mencintai dan patah hati, tapi perihal kenapa, kenapa harus terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak pernah benar-benar sadar kapan pernah memulai, sebab semuanya masih terasa normal saat angin tiba-tiba berhembus membawa namamu dalam lamunan, ada sebongkah rasa yang tak terdefinisi, sebuah rasa yang selama ini tak terjamah oleh logika, yang kusadari dengan amat terlambat, bak secangkir kopi yang entah kapan dibuat namun tiba-tiba saja sudah menjadi dingin.<br />
<br />
Daun yang jatuh tak pernah marah saat angin menjatuhkannya berkali-kali. Aku juga ingin seperti itu, yang bisa menerima dengan ikhlas pada apapun yang terjadi. Tapi ini bukan tentang mengiklaskan atau tidak. Karena ini masih perihal kenapa, kenapa harus terjadi?<br />
<br />
Hidup kadang selucu ini, mempertemukan yang sudah bertemu, memisahkan yang tak bersatu. Aneh ya? tapi begitulah nyatanya. Kita sibuk memanipulasi waktu, merangkai kebohongan demi kebohongan, mencoba hidup dalam garisnya masing-masing. Entah untuk memendam harapan, entah untuk menghindari kenyataan. <br />
<br />
Sebab mengakhiri sesuatu yang tak pernah dimulai itu benar-benar sulit, karena kita tidak tahu apa yang harus diakhiri, apa yang harus benar-benar dibuat berhenti, mungkin waktu?<br />
<br />
ssshhhhh.....<br />
Angin mengejekku kembali, kini bukan lagi dengan namamu, tapi dengan kenyataan yang begitu pilu.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Maka sekali lagi, biarkan aku berjalan sendiri di tempat yang terasa begitu asing,
di antara daun yang berserakan, di antara ranting pohon yang patah, di
antara angin yang merindukan kicau burung. Meski entah sampai mana, meski entah sampai kapan. Mungkin sampai waktu mampu menyingkirikan ingatanku tentangmu.<br />
<br />
Dan pada saat itu tiba, aku yakin musim telah berganti. Menumbuhkan yang patah, mengganti yang telah hilang.</div>
</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-81547925747514165002015-12-27T19:55:00.000+07:002020-04-23T14:03:16.494+07:00Nyanyian Burung.<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqRdbR2PMAt6vOtz3kC94pKN3lCVCmoLxeJ88zrXIVHBhzH4kBZafrsi473L3q3JEOqFgil0zMhyphenhypheniyAJM6I_zN5sUjghHjapXRcxMUiAvcuntv-uDbtsv9QH9zvt_dZlE0qG3QrGzXuTo/s1600/tumblr_ltwpi8D04l1r1nazfo1_500.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqRdbR2PMAt6vOtz3kC94pKN3lCVCmoLxeJ88zrXIVHBhzH4kBZafrsi473L3q3JEOqFgil0zMhyphenhypheniyAJM6I_zN5sUjghHjapXRcxMUiAvcuntv-uDbtsv9QH9zvt_dZlE0qG3QrGzXuTo/s400/tumblr_ltwpi8D04l1r1nazfo1_500.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber: google</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Matahari tepat berada di atas kepala saat seorang gadis membuka pintu sembari membawa setumpuk pakaian basah dalam keranjang. Seperti yang ditebak, ia hendak menjemur pakaian.<br />
<br />
Gadis itu memulai pekerjaanya dengan mengambil satu demi satu pakaian, menyampirkannya pada tiang-tiang besi. Tak butuh waktu lama untuk membuat pakaian itu berjajar, membentuk sebuah barisan, bak tentara yang baru kembali dari medan perang; mereka kusut, lepek, juga basah.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesekali pakaian-pakaian itu bergoyang digoda angin, saling bersenggol satu sama lain; tak ayal hingga membuat beberapa pakaian yang lebih kecil (dibaca: pakaian dalam) berjatuhan.<br />
<br />
Sementara di atasnya, beberapa burung memperhatikan gerak-gerik gadis itu, jumlah seluruhnya ada empat. Masing-masing dari mereka berada dalam sangkar yang berbeda. Sebenarnya, sangkar mereka cukup besar, cukup untuk dua burung, tapi mereka tidak diizinkan untuk berbagi. Sang pemilik; yang merupakan ayah dari gadis itu sebenarnya mempunyai maksud baik, ingin memberikan rumah yang nyaman untuk burung-burungnya, tapi sang pemilik justru tak tahu, bahwa sebenarnya burung-burung itu kesepian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sang gadis selesai dengan pekerjaannya. Ia duduk di kursi rotan yang berada di depan rumahnya, menengguk segelas air untuk melepas dahaga. Bukan menjemur yang membuatnya lelah, melainkan pikiran-pikiran dalam kepala yang justru menyita banyak tenaganya. Gadis itu menghabiskan minumnya dengan tiga kali teguk, air mengalir begitu saja ke dalam kerongkongannya, tak ada yang ia rasakan selain rasa hambar, juga sepi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Mata gadis itu berkaca-kaca, ia memandang ke sembarang arah, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, tatapannya hanya terlihat.... kosong. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para burung yang sedari tadi memerhatikan sang gadis tahu bahwa gadis itu sedang bersedih, maka mereka pun saling berseru, mendendangkan lagu, mencoba menghibur sang gadis. Sayangnya, nyanyian para burung tak mendapat sambutan, sang gadis menghiraukannya begitu saja atau parahnya ia bahkan tak mendengarnya sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Matahari terasa begitu terik hingga membuat gadis itu kegerahan. Ia beranjak dari duduknya, mengambil keranjang, sebelum akhirnya memutuskan masuk ke dalam rumah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara langkah kaki dan tetesan air dari pakaian basah yang menggantung bersinambung dengan lagu yang dinyanyikan para burung. Sang gadis yakin terik matahari yang teramat ini mampu membuat pakaian-pakaiannya kering dalam beberapa jam saja, sementara jauh dalam hatinya, ia turut berharap terik matahari mampu membuat rasa kecewanya menguap ke udara.<br />
<br />
Tepat di ambang pintu, sang gadis menghentikan langkahnya, ia menoleh pada burung-burung yang terus bernyanyi, memandang mereka begantian </div>
<div style="text-align: justify;">
"Burung-burung yang malang, tidakkah kalian tau? Nasib kita sama"<br />
"yaaa.... kau dan aku, kita sama-sama kesepian"<br />
Gadis itu menghela napas sejenak, mencoba tersenyum--meski sebenarnya ia tak mampu--<br />
"Tapi kalian jauh lebih beruntung, karena kalian tak pernah merasakan rasanya dikecewakan"<br />
"Saat harapan yang sudah kau susun rapih, semuanya dihempaskan begitu saja"<br />
"Celakanya, orang yang melakukan itu adalah orang yang sangat kau percaya"<br />
"Ah entahlah, aku semakin gila berbicara pada kalian"<br />
"Teruslah benyanyi..."<br />
"...setidaknya untuk membuatku sadar," <br />
"bahwa sesakit apapun perasaan ini..."<br />
"...nyatanya, jantungku masih terus berdetak"<br />
<br />
Dan pintu menutup perlahan,<br />
sementara burung-burung masih terus benyanyi. </div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-52253277634601481462015-11-08T19:44:00.003+07:002017-08-03T11:08:26.913+07:00November Rain.<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8mH5kksNJwA89Jp4GWde8Vzaq67lkQyxupNsRrh48pVi9RGuy-lXsaOtGz1jdksGQnjpqyx60SGHb8XT-rTcc3OdUifnEuOmstGRV8Qk2llGO5e6R_RFdR7biSiA6OseEf7WPQJ8J-_M/s1600/tumblr_static_tumblr_static_2fizk3r47bwg0sos480w4osk0_640.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8mH5kksNJwA89Jp4GWde8Vzaq67lkQyxupNsRrh48pVi9RGuy-lXsaOtGz1jdksGQnjpqyx60SGHb8XT-rTcc3OdUifnEuOmstGRV8Qk2llGO5e6R_RFdR7biSiA6OseEf7WPQJ8J-_M/s400/tumblr_static_tumblr_static_2fizk3r47bwg0sos480w4osk0_640.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sore ini langit mendung, udara terasa dingin dari halaman depan rumahku </div>
<div style="text-align: justify;">
embun masih menempel di dedaunan sisa hujan yang baru saja berhenti</div>
<div style="text-align: justify;">
hujan pertama di bulan November akhirnya turun, mengangkat kisah pilu di akhir tahun.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Kukira aku tak suka bulan November. Karena pada bulan November Tuhan pernah mengambil seseorang dariku, seseorang yang amat kusayangi, dan seseorang itu kini benar-benar tak dapat lagi kulihat, karena ia mungkin sudah berada dalam pelukan-Nya. Itu berarti, November kali ini adalah bulan November kedua dimana aku harus merasakan dinginnya hujan tanpa kehadiranmu.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Satu tahun berlalu begitu cepat bagiku, rasanya baru kemarin aku menangis hebat saat hadir di pemakamanmu. Kala angin berhembus kencang, burung berkicauan, dan kalimat <i>Lailahailallah</i> terdengar sepanjang jalan yang terlewati, menjadi kombinasi yang amat mengerikan saat kulihat ragamu yang tak lagi berdaya terbalut kain putih. Aku tak pernah siap untuk kehilanganmu secepat itu, melihat ragamu dimasukan ke liang lahat seperti menyaksikan pemakamanku sendiri, karena kamu adalah sebagian diriku yang kukasihi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Aku memang belum atau mungkin tidak akan pernah menjadi siapa-siapa saat kamu pergi. Bahkan saat kamu masih ada pun kita terlihat seperti teman sewajarnya; tak ada peluk menghangatkan, tak ada genggam tangan yang menguatkan, juga tak ada sesuatu yang istimewa selain perlakuan-perlakuan spontan yang kamu lakukan.<br />
<br />
Tapi percayalah, meski tidak jadian, perasaanku padamu sudah terlanjur dalam. Barangkali waktu dapat ku tarik kembali, mungkin aku akan mengatakannya. Karena kamu tahu? perlahan aku pun bisa mati oleh pertanyaan yang ku simpan sendiri, <i>apakah kamu juga mencintaiku?</i> Maaf karena tak sempat mengutarakannya langsung, sebab hatiku terlanjur dikuasai gengsi yang membuatku bingung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="background-color: #fff2cc;">Senyummu masih terngiang, saat rinduku tak punya tempat untuk pulang...</span><br />
<br />
Jika bisa diibaratkan, rinduku seperti kebakaran hebat yang melanda Riau beberapa waktu silam, meresahkan dan sulit ditangani. Sebab kini tak ada lagi kamu; yang menjadi tempatku pulang tuk melepas rindu. Kematian adalah satu kata yang lebih menyakitkan dibanding jarak. Karena ia bukan hanya memisahkan, tapi juga merenggut semuanya tanpa menyisakan sedikitpun untuk dimiliki, kecuali kenangan.<br />
<br />
Langit mulai bergemuruh saat aku mencoba mengenangmu lebih jauh. Semesta dan ragamu kini telah menjadi satu, namun jiwamu akan tetap bersamaku. <br />
Sapardi Djoko Darmono pun pernah berkata dalam sajaknya, <i> </i><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: large;"><i>"Tapi yang fana adalah waktu, bukan? Kita abadi"</i></span> </blockquote>
Ya, jiwa kita abadi. Aku, kamu, dan semua jiwa yang hidup.<br />
Maka biarkan aku untuk tetap mendambamu dari sini, wahai teman hidupku.<br />
<br />
Bukan maksud hati tak merelakanmu,<br />
tapi,<br />
<br />
aku cuma rindu...</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7757392407960834668.post-58515495111537409992015-11-01T18:26:00.000+07:002018-02-05T01:57:08.898+07:00Mimpi.Mau sharing sedikit, boleh kan?<br />
<br />
Apa itu mimpi?<br />
Menurutku, mimpi itu khayalan, mimpi itu keinginan, mimpi itu tujuan, mimpi itu cita-cita.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setiap orang pasti punya mimpi, siapapun dan berapapun umur kamu, aku percaya kamu punya mimpi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bermimpi itu mudah... mudah banget.... kalau kamu lagi diam, lagi makan, atau lagi <i>poop</i> sekalipun (ups maaf, tapi ini seringkali terjadi) kamu tetap bisa bermimpi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang susah itu.... <span style="background-color: #fff2cc;">mewujudkannya untuk menjadi nyata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Terus gimana dong?</i> Itu sih terserah kamu, mau menjadikan mimpi kamu itu mimpi yang selamanya akan terus jadi mimpimu atau mengubahnya. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Untuk mewujudkan mimpi itu, kita perlu usaha dan kerja keras. <i>Caranya?</i> Fokus dan percaya; baik itu sama diri kamu sendiri, juga pada Tuhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku manusia, kamu juga manusia, kita semua sama, punya rasa takut, terutama takut untuk menjadi gagal. Tapi aku kadang berpikir, kalau aku nggak mencoba, gimana aku bisa tahu kalau aku bisa atau nggak? Jadi, lebih baik mencoba daripada menyerah sebelum memulai, itu sama saja seperti kamu menyerahkan diri pada lawan sebelum pertandingan dimulai. Huh, payah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tunggu... </div>
<div style="text-align: justify;">
setelah aku bicara panjang lebar gini, jangan-jangan kamu nggak punya mimpi? </div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kamu belum punya mimpi, ayo kita bermimpi sama-sama, ini belum terlambat kok. Sekecil apapun itu, rancang mimpimu. Tapi jangan lupa juga persiapkan diri kamu untuk mewujudkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurutku, mimpi itu seperti kompas dalam hidup, membuat hidup kita lebih terarah, juga sekaligus menjadikannya sebagai patokan atau tujuan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, aku sendiri juga sedang berusaha untuk mewujudkan mimpi itu, sulit memang, bahkan seringkali terpikir untuk menyerah aja. Tapi kalau aku nyerah, aku bakal ngecewain orang-orang yang udah mensupport aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, kalau kamu termasuk orang yang lagi berusaha juga, tetap semangat ya! Semoga mimpimu terwujud, begitu juga aku. Amin-in ya? aamiin :)</div>
Anindyanariihttp://www.blogger.com/profile/09362486347658995682noreply@blogger.com0