August 25, 2017

Untuk si Pembaca Setia

Menulis bukanlah sesuatu yang sulit. Bukan berarti menjadikannya mudah. Menulis adalah tentang mengutarakan apa yang tak tersampaikan oleh mulut. Menulislah saat kau merasakan apapun atau saat kau tak dapat merasakan apa-apa. Waktu paling pas untuk menulis adalah ketika kau sedang patah hati. Niscaya tulisanmu akan menjadi sebuah peluru yang dapat menembus hati siapapun yang sedang terluka. Setidaknya itulah yang pernah dikatakan temanku dulu.

sumber gambar: google

August 04, 2017

Pertanyaan













Untuk sehari saja, aku ingin menjadi orang lain
merasuk dalam tubuh yang berbeda
bertingkah seolah semuanya baik-baik saja

aku ingin masuk ke dalam dunia mereka
ingin tahu apa yang mereka pikirkan
ingin tahu apa yang mereka rasakan

August 02, 2017

Aku tidak mencintaimu

sumber: google













Bukankah kita sudah sepakat untuk saling melupakan?

Aku tidak mau lagi melangkah lebih jauh bersamamu. Jalan yang kau tunjukkan itu salah dan tidak seharusnya kau mengajakku kesana. Juga kali ini, kenapa kau dengan lancangnya datang kembali, merusak semua jerih payahku saat aku mulai terbiasa hidup tanpa harus memikirkanmu, saat aku mulai terbiasa hidup dalam kenyataan, saat aku terbiasa hidup tanpa harus ditemani lagi, kenapa? kenapa datang jika hanya untuk merangkai kembali cerita dalam lembaran yang sudah ku bakar habis, menambah kisah manis dengan akhir yang tragis.

May 13, 2017

Pulang.

















Akhirnya aku pulang
Senja merona dan burung-burung berlalulalang
Gerbong-gerbong melaju menyusur stasiun demi stasiun
Membelah gelap di antara pepohonan
Tak ada lampu kota

Katamu, kepulanganku selalu ditunggu

February 21, 2017

Aku dan Secangkir Kopi

sumber: tumblr













Aku bak secangkir kopi di waktu senja
Duduk manis dengan piring di atas meja
tengah menanti sebuah sapa, "halo kamu, sedang apa?"

Aku bak secangkir kopi yang mulai mendingin
masam dan tak lagi nikmat 'tuk kau cicipi
yang hanya kau datangi ketika ingin menghibur diri

January 31, 2017

Batas.

Ketika dua orang diam-diam saling melempar pandang, maka apakah alasan di balik itu?
Mereka ingin saling menyapa, tapi tidak bisa.
Mereka bersuara, hanya tak terdengar.
Tatap mata itu lebih dari kata-kata. 
Kata yang mengudara tidak sekadar menembus telinga, tetapi masuk jauh menusuk jiwa. Menyapa raga yang tak tersentuh, merangkul hati yang rapuh.