August 27, 2018

Pada tiga dini hari

Pada tiga dini hari langit-langit kamar menjelma layar yang memutar kilas balik perjalanan. Kau memejamkan mata berharap tak melihatnya namun ingatan demi ingatan justru makin berjejal, satu satu memaksa untuk tetap tinggal.

Pada tiga dini hari matamu menatap nanar layar ponsel, pada sebuah percakapan lama yang hanya menyisakan tanda 'baca'. Itulah satu-satunya jejak tentangnya yang masih kau punya. Tepat sebelum ketololanmu merasuk dan merusak segalanya.

Pada tiga dini hari kau tersadar akan dirimu sendiri. Kau adalah pecundang di balik kalimat "aku senang melihatnya bahagia", yang kemudian lari pada gelas-gelas kopi di malam-malam yang sepi. Sesekali pada segelas bir di bar pinggiran Ibu Kota. Kau tampak tegar walau hati nyaris ambyar.

Pada tiga dini hari kau tersadar akan dirimu yang lain. Kau adalah bajingan yang takluk pada sesal, yang terluntang-lantung di antara masa lalu dan masa depan. Hendak beranjak namun tak kunjung bisa melupakan. Berbekal instastory yang ia pajang, kau coba obati rindumu sendiri. Seraya menebak-nebak apa yang sedang ia lakukan. Berlagak jadi yang paling mengetahui, padahal bertanya kabar pun masih tak berani.

ck ck ck...

mau sampai kapan?

No comments:

Post a Comment