July 06, 2020

Pada akhirnya kita

Hai, apa kabar? 
 
Maaf saya harus memulai pembicaraan dengan pertanyaan yang sedikit klasik. Tapi beneran deh, kamu apa kabar? Sudah lama ya kita tidak saling bertukar kabar.

Saya rindu kamu. Saya rindu kebiasaan-kebiasaan yang pernah kita lakukan bersama. Saat itu, saya tidak pernah berpikir bahwa apa yang kita lakukan mungkin tidak akan bisa terulang, bahwa suatu hari nanti mungkin kita akan ada di jalannya masing-masing. Dan lihat, hari itu sudah tiba; hari ini.

May 21, 2020

Pandemi dan cerita yang mengiringi

Dua puluh empat jam dalam sehari tak pernah terasa sepanjang dan semembosankan ini. Jalanan lengang ditinggal kemacetan. Toko-toko sepi kehilangan pendapatan. Berminggu-minggu, berbulan-bulan. Meski di luar langit terlihat cerah, banyak orang memilih tinggal dan merapal doa dalam rumah.

April 25, 2020

Menjadi berani

Bisa apa kau tanpa tembakau yang terbakar di tengah kesibukan? Bisa apa aku tanpa kau di setiap ingatan?

Siang ini panas, sayang. Matahari sedang semangat-semangatnya memberi warna pada dunia. Saat aku menulis ini,  kau masih lelap dalam tidurmu selepas semalaman terjaga. Hal yang awalnya menyebalkan kini membuatku terbiasa.

April 21, 2020

Bias

Kau mulai kehilangan dirimu sendiri pada tiap-tiap malam yang dingin di musim kemarau. Bertemankan sunyi dan kopi pahit kau mencoba berpasrah pada segala rasa sakit. Mengizinkan emosi dan logika berkecamuk dalam diri hingga kau bahkan tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. 

Sengal napas dan dada yang berulang kali kau cengkam itu menandakan kau semakin tua dan mungkin nyaris padam. Di usiamu yang kini menginjak dua puluh enam, kau masih bertanya-tanya arti dari hidup yang kau jaga mati-matian.

Tak ada harapan, pikirmu.

March 28, 2019

Di ruang-ruang hening

Bagian satu

Suaramu
pernah melantun
di antara ruang-ruang hening
Saat aku sibuk
dengan redaksional di halaman
yang kau susun
berlembar-lembar

February 13, 2019

Untuk bapak yang hatinya sekuat baja

"Doakan Bapak ya, nak. Semoga Bapak selalu dapat rezeki dan bisa membahagiakanmu"

Kereta melaju perlahan meninggalkan stasiun diikuti lambaian tangan dan senyum yang terhias di wajah bapak. Aku membalas lambaiannya di balik jendela kereta yang membawaku pada masa-masa pendewasaan.